Aku Menatap Langit yang Runtuh, dan Hanya Namamu yang Tersisa Langit Beijing abu-abu. Sama seperti hatiku. Seratus tahun… seratus tahun te...

FULL DRAMA! Aku Menatap Langit Yang Runtuh, Dan Hanya Namamu Tersisa FULL DRAMA! Aku Menatap Langit Yang Runtuh, Dan Hanya Namamu Tersisa

FULL DRAMA! Aku Menatap Langit Yang Runtuh, Dan Hanya Namamu Tersisa

FULL DRAMA! Aku Menatap Langit Yang Runtuh, Dan Hanya Namamu Tersisa

Aku Menatap Langit yang Runtuh, dan Hanya Namamu yang Tersisa

Langit Beijing abu-abu. Sama seperti hatiku. Seratus tahun… seratus tahun telah berlalu sejak dosa itu merenggutnya dariku. Seratus tahun sejak janji kita terucap di bawah pohon plum yang kini entah di mana.

Aku, Li Wei, seorang arsitek muda dengan obsesi aneh terhadap bangunan-bangunan kuno, selalu merasa ada sesuatu yang hilang. Seperti melodi yang terputus di tengah lagu. Kemudian, aku bertemu dengannya.

Zhang Yi. Pewaris konglomerat teknologi yang berwajah dingin namun matanya... matanya menyimpan badai yang kukenal. Sejak pandangan pertama, aku merasakan tarikan yang tak terbantahkan. Seperti akar pohon yang mencari tanah kelahirannya.

"Kau…," bisikku, tercekat. Suaraku terdengar asing, bahkan bagi diriku sendiri.

"Kita belum pernah bertemu, Nona Li," jawabnya, tapi nada bicaranya menyimpan keraguan.

Di setiap pertemuan, aku melihat kilasan masa lalu. Bunga kamelia putih yang selalu ia sematkan di rambutku. Suara suling yang memanggilku di tengah malam. Dan bayangan pembantaian, api yang membubung, serta darah yang mengalir di taman kekaisaran.

Mimpi-mimpiku dipenuhi fragmen kehidupan lampau. Aku adalah Mei, seorang dayang yang jatuh cinta pada Pangeran Ying, Zhang Yi. Cinta terlarang kami membangkitkan murka permaisuri yang haus kekuasaan. Ia menuduhku berkhianat dan menjebak Pangeran dengan pengkhianatan. Di altar eksekusi, Pangeran Ying bersumpah akan menemukanku di kehidupan selanjutnya, sebelum kemudian pedang algojo merenggut nyawanya. Aku menyaksikan semuanya, tak berdaya.

Zhang Yi mulai merasakan hal yang sama. Ia mencari tahu tentang sejarah dinasti itu, tenggelam dalam legenda Pangeran Ying dan dayangnya yang malang. Ia menemukan lukisan Mei, dan wajahnya… identik denganku.

Seiring waktu, misteri terkuak. Permaisuri, yang kini bereinkarnasi sebagai CEO perusahaan pesaing Zhang Yi, ternyata masih menyimpan dendam yang sama. Ia berusaha menghancurkan Zhang Yi, menggunakan cara licik dan keji.

"Dia… menginginkan kehancuranmu, Zhang Yi," ujarku, dengan suara bergetar.

"Aku tahu, Mei. Tapi aku tidak akan membiarkannya," jawabnya, matanya membara.

Namun, balas dendam bukanlah jalan kami. Aku mengerti, dendam hanya melanggengkan siklus penderitaan. Aku memilih jalan yang lebih sunyi. Aku mengungkap kebenaran tentang kejahatan permaisuri di masa lalu dan masa kini, bukan dengan teriakan marah, tapi dengan bukti yang tak terbantahkan.

Kebenaran itu menusuknya lebih dalam daripada pedang. Ia kehilangan segalanya – kekuasaan, reputasi, dan akhirnya, kewarasannya.

Zhang Yi meraih tanganku. "Terima kasih, Mei. Kau telah membebaskanku."

Aku menatapnya. Tidak ada amarah di hatiku. Hanya kesedihan yang mendalam. Pengampunan adalah balas dendam terindah.

Aku berbalik, meninggalkan Zhang Yi di tengah kerumunan wartawan. Aku melangkah menjauh, menuju senja yang menelan cakrawala.

Sebelum benar-benar menghilang, aku berbisik, hampir tak terdengar, "Di bawah pohon plum… aku menunggumu lagi…"

You Might Also Like: Peluang Bisnis Kosmetik Penghasilan

0 Comments: