Hujan merintik di atas batu nisan yang dingin. Setiap tetesnya bagai air mata langit, menyaksikan kesunyian abadi. Di sana, berdiri seorang...

Cerpen Terbaru: Kau Memelukku Di Kehidupan Ini, Tapi Hatiku Masih Di Kehidupan Lalu Cerpen Terbaru: Kau Memelukku Di Kehidupan Ini, Tapi Hatiku Masih Di Kehidupan Lalu

Cerpen Terbaru: Kau Memelukku Di Kehidupan Ini, Tapi Hatiku Masih Di Kehidupan Lalu

Cerpen Terbaru: Kau Memelukku Di Kehidupan Ini, Tapi Hatiku Masih Di Kehidupan Lalu

Hujan merintik di atas batu nisan yang dingin. Setiap tetesnya bagai air mata langit, menyaksikan kesunyian abadi. Di sana, berdiri seorang ARWAH, tanpa nama, tanpa raga yang nyata, hanya bayangan yang menolak pergi.

Lima tahun lalu, ia pergi, tanpa sempat mengucapkan KEBENARAN. Sebuah rahasia membebaninya, sebuah janji yang tak terpenuhi. Kini, ia kembali, bukan untuk membalas dendam, bukan untuk menghantui, melainkan untuk… menyelesaikan apa yang tertinggal.

Di dunia yang hidup, seorang gadis bernama Mei Lian, dengan mata sendu dan senyum pahit, memeluk foto seorang pria. Pria itu adalah sosok yang sangat ia cintai, sosok yang telah pergi meninggalkannya. Mei Lian merasakan kehadiran aneh di sekitarnya, bisikan angin yang menyerupai namanya, sentuhan dingin yang terasa familiar.

Arwah itu mendekat. Ia melihat Mei Lian, merasakan pedihnya kehilangannya, dan hatinya – jika arwah masih memiliki hati – hancur berkeping-keping. Ia ingin memeluknya, mengatakan bahwa ia baik-baik saja, bahwa ia selalu bersamanya. Namun, ia hanyalah bayangan, terperangkap di antara dunia hidup dan mati.

Ia mengikuti Mei Lian ke sebuah rumah tua, rumah tempat mereka dulu berjanji sehidup semati. Di sana, ia melihat Mei Lian membuka sebuah kotak kayu yang terkunci. Di dalamnya, terdapat surat-surat cinta, foto-foto kenangan, dan sebuah kalung dengan liontin berbentuk BURUNG PHOENIX.

Kalung itu adalah kunci. Kunci untuk mengingat, kunci untuk membuka rahasia yang terkubur.

Arwah itu berusaha menyampaikan pesan, membimbing Mei Lian untuk membaca surat-surat itu dengan seksama. Setiap kata adalah petunjuk, setiap kalimat adalah jejak yang membawanya menuju KEBENARAN.

Ternyata, kematiannya bukan kecelakaan seperti yang dipercayai semua orang. Ia dibunuh. Dibunuh oleh orang yang sangat ia percayai. Motifnya? Kekayaan.

Namun, balas dendam bukanlah tujuannya. Ia hanya ingin Mei Lian tahu kebenaran, agar ia bisa melepaskan diri dari belenggu kesedihan dan melanjutkan hidupnya.

Dengan bantuan arwah itu, Mei Lian akhirnya mengungkap kebenaran. Para pelaku diadili, dan keadilan ditegakkan. Mei Lian merasa lega, seolah beban berat terangkat dari pundaknya.

Di saat itu, arwah itu merasakan energinya menipis. Tugasnya selesai. Ia telah menuntaskan apa yang tertinggal.

Ia memandang Mei Lian untuk terakhir kalinya. Senyum tipis terukir di bibirnya. Ia telah menemukan KEDAMAIAN.

"…aku bisa pergi sekarang…"

You Might Also Like: Cerita Seru Bayangan Yang Membawa Racun

0 Comments: