Air Mata yang Menjadi Saksi Balasan Langit Kota Terlarang membisu, senada dengan hatiku. Malam ini, alunan guqin dari Paviliun Yue terasa...

Kisah Populer: Air Mata Yang Menjadi Saksi Balasan Kisah Populer: Air Mata Yang Menjadi Saksi Balasan

Kisah Populer: Air Mata Yang Menjadi Saksi Balasan

Kisah Populer: Air Mata Yang Menjadi Saksi Balasan

Air Mata yang Menjadi Saksi Balasan

Langit Kota Terlarang membisu, senada dengan hatiku. Malam ini, alunan guqin dari Paviliun Yue terasa lebih lirih, lebih menyayat. Seolah senar-senarnya ikut menangisi pengkhianatan yang ku saksikan siang tadi.

Liu Wei, kekasihku, tunanganku, bersimpuh di hadapan Putri Mei Lan, memohon ampunan. Janji setia yang dulu terucap padaku, kini menjadi debu yang beterbangan dihembus angin istana. Putri Mei Lan, dengan senyum sinisnya, menerima permohonan itu.

Aku, Bai Lian, hanya berdiri di balik pilar, membatu. Air mata mengalir tanpa suara, membasahi pipi. Bukan karena lemah, bukan karena tak berdaya. Aku memilih diam, karena di balik diamku, tersembunyi sebuah rahasia yang tak boleh terungkap. Sebuah rahasia yang akan mengubah takdir seluruh Dinasti Qing.

Lima belas tahun lalu, aku bukan hanya Bai Lian, gadis yatim piatu yang diadopsi keluarga Liu. Aku adalah pewaris terakhir Klan Baihua, klan tabib terkemuka yang dimusnahkan karena dituduh berkhianat. Namun, sebelum ajal menjemput, ibuku sempat menitipkan sebuah kotak kayu berisi catatan rahasia dan ramuan terlarang. Ramuan yang mampu mengubah alur QIAN KUN.

Kotak itu kini tersimpan aman di balik dinding kamarku, menjadi saksi bisu rencana yang kurajut perlahan. Aku bisa saja membongkar perselingkuhan Liu Wei di depan Kaisar. Aku bisa saja menuntut balas atas sakit hati ini. Tapi, dendam picisan tidak sebanding dengan kehancuran yang akan menimpa keluarga kekaisaran.

Hari-hari berlalu. Liu Wei semakin dekat dengan Putri Mei Lan. Kaisar, yang terpesona dengan kecantikan dan kecerdasan sang putri, mulai menjanjikan kedudukan tinggi untuk Liu Wei. Sementara aku, tetaplah menjadi bayangan. Aku membiarkan mereka terlena dalam kebahagiaan semu.

Suatu malam, aku mendengar percakapan rahasia antara Putri Mei Lan dan seorang kasim. Mereka merencanakan sesuatu yang jahat. Sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan Kaisar. Aku tahu, ini saatnya.

Aku mulai meracik ramuan dari kotak kayu peninggalan ibuku. Bukan racun mematikan, melainkan ramuan yang mampu membangkitkan kebenaran. Ramuan yang akan mengungkap segala kebohongan dan pengkhianatan.

Pada perayaan ulang tahun Kaisar, aku menyusup ke dapur istana dan menukar anggur yang akan diminum sang Kaisar dengan anggur yang telah kuracik. TEPAT SASARAN.

Efek ramuan itu bekerja dengan cepat. Di tengah pidatonya, Kaisar tiba-tiba terdiam. Matanya memancarkan kilatan aneh. Ia mulai menceritakan segala rahasia kelam istana. Korupsi, intrik, dan bahkan rencana pembunuhan yang selama ini disembunyikan rapat-rapat.

Putri Mei Lan pucat pasi. Liu Wei berusaha membela diri, tapi terlambat. Kebenaran telah terungkap. Kaisar, yang murka, memerintahkan penangkapan semua yang terlibat.

Aku, Bai Lian, hanya tersenyum pahit. Balas dendamku telah terwujud. Bukan dengan kekerasan, melainkan dengan kebenaran. Takdir telah berbalik arah, menghukum mereka yang pantas dihukum.

Aku meninggalkan istana malam itu, tanpa menoleh ke belakang. Kotak kayu peninggalan ibuku tetap berada di sana, tersimpan rapat. Rahasia Klan Baihua akan terus menjadi misteri, selamanya.

Di gerbang Kota Terlarang, aku berhenti sejenak. Menatap langit yang dipenuhi bintang. Aku teringat kata-kata terakhir ibuku: "Air mata adalah saksi bisu keadilan yang akan datang."

Langkahku semakin mantap, meninggalkan kenangan pahit di belakang.

Akankah aku menemukan kedamaian setelah ini?

You Might Also Like: 165 Jual Ding Dong Philippines Snack

0 Comments: